Wednesday, May 6, 2009

Bonhoeffer

Kegagalan dr rationalisme sangat jelas sekali. Dengan itikad baik tapi lugu terhadap kenyataan, orang2 rationalis menganggap bahwa dengan sedikit logika segala masalah di dunia ini bisa dibenarkan. Di dalam pemikiran pendek itu, mereka ingin bersikap adil terhadap semua orang, tp terjebak dalam konflik kekuasaan, mereka terinjak2 tanpa mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka. Kecewa terhadap ketidak masuk akal-lan di dunia ini, mereka sadar akan ketidak berdayaan mereka, mundur dari medan perang dan menyerah terhadap kenyataan.

Yang lebih parah adalah kehancuran total dari moral fanatik. Si fanatik berpikir bahwa dengan kesuciaan moral, mereka bisa mengalahkan kekuataan iblis, Tapi seperti banteng yang menghantam kain merah (dan bukan matador yg membawa kain tsb), lama kelamaan mereka menjadi lemah hati dan menyerah. Mereka terperangkap dengan hal2 yang tidak penting dan akhirnya jatuh ke dalam perangkap yang sudah disiapkan oleh kecerdasan superior lawannya.

Adapula manusia yang mempunyai hati nurani. Mereka berperang sendirian melawan lawan yg jauh lebih kuat dalam situasi2 yang menuntut mereka untuk membuat keputusan. Tapi banyak sekali konflik terjadi, dan semuanya membutuhkan keputusan2 yang penting. Tanpa nasehat ataupun dukungan, dan hanya mengandalkan hati nuraninya, ia hancur terobek disana sini. Iblis mendekati dia dengan berbagai macam topeng dan godaan yang akhirnya mneyebabkan nuraninya menjadi gentar dan plin plan. Pada akhirnya, ia hanya mengandalkan kehangatan nurani bukan keteguhan nurani dan mulai berbohong terhadap nuraninya sendiri untuk keluar dr keputus-asaan. Kalo manusia hanya mengandalkan thd hati nurani, mereka akan gagal untuk melihat bahwa hati nurani yg buruk kadang kali lebih kuat dr nurani yg terkena delusi.

Ketika manusia di konfrontasikan oleh berbagai pilihan, jalan tanggung jawab sepertinya adalah jalan yang terbaik. Mereka membuat tanggung jawab sebagai satu2nya jalan. Tapi tanggung jawab bergantung kepada mereka yang membuatnya bukan yang melakukannya. Ketika manusia terbatasi oleh tanggung jawab, mereka tidak akan berani melakukan lebih dr tanggung jawab mereka. Yang dibutuhkan dunia ini adalah mereka yg berani melakukan lebih dr mereka bisa. Manusia yang hanya mengandalkan tanggung jawab sbg pedoman hidupnya padakhirnya akan kalah juga terhadap iblis.

Bagaimana dengan mereka yg mengandalkan kebebasan. Mereka adalah manusia2 yang berpijak pada dunia ini dengan mengandalkan tindakan daripada hati nurani ataupun tanggung jawab dr panggilan mereka. Mereka selalu siap untuk mengorbankan prinsip mereka untuk kompromasi , mengorbankan radikalisme positif untuk mediokritas. Bagaimana dnegan mereka, Mereka harus berhati2 karena kebebasan yg mereka idolakan pada akhirnya akan menghancurkan mereka. Karena ketika memilih 1 dr 2 keputusan bukan berdasarkan prinsip, tp berdasarkan mana yang lebih mending, mereka akan gagal melihat bahwa iblis mereka yang mereka coba hindari adalah pilihan yang mereka ambil. Disini lah tragedi dr kebebasan.

Ada pula mereka yang mencoba untuk kabur dr kehidupan nyata dan bersembunyi dalam tindakan baik pribadi mereka. Mereka adalah orang2 yang menutup mulut dan mata mereka terhadap keadilan dimana2. Hanya dnegan membohongi diri mereka sendiri, mereka bisa merasa suci dari ketidak pedulian mereka thd lingkungan sekitar mereka. Untuk semua yang mereka capai, semua yg mereka tidak lakukan yang akan menghantui mereka. Pada akhirnya mereka akan hancur dr pikirian yang menghantui mereka ini atau menjadi manusia munafik seperti orang farisi.

Jadi siapa yang bisa menghadapi dunia ini? hanya mereka yang berpedoman bahwa logika, prinsip , hati nurani , kebebasan ataupun itikad mereka bukanlah jalan keluar. Mereka yang berani mengorbankan segalanya ketika mereka dipanggil untuk taat dan bertanggung jawab dalam iman dan kesetiaan merkea kepada Tuhan. Manusia bertanggung jawab inilah yangh menjadikan seluruh hidup mereka sebagai respons terhadap pertanyaan dan panggilan Tuhan.